ArticlePDF AvailableAbstractThe environment is a global problem, in fact it is a humanitarian problem that is so complex that it is handled collectively. Population pollution is getting denser and more crowded coupled with limited natural resources and even the influence of digital media, modern technology which is often used for profit and even exploiting natural resources for personal or group gain, thus reducing the quality of nature. Islam has strong teachings about ethics towards the environment, very devastating events have often been experienced lately, namely floods, illegal logging, forest burning and the most existing ones until now are the Covid-19 epidemic, of course we realize that the impact of These incidents are very disturbing to the sustainability of the human environment. "Besides that, a number of other forms of environmental damage must be a very valuable lesson." Humans have an important influence in the sustainability of the ecosystem and human habitat itself, the actions taken or policies. about the relationship with the environment is clearly very influential for a good environment and human life itself. ”Normatively, religion calls on all humans to preserve and have ethics towards the environment, the relationship between the two is harmonious. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 1 ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP MENAKAR RELASI KEDUANYA Toguan Rambe 1, Seva Maya Sari2 Nurhayani Padangsidimpuan 2. UIN Sumatera Utara Medan 3. UIN Sumatera Utara Medan Correspondence toguanrambe4 sevamayasari yanirambe9696 INFO ARTIKEL ABSTRACT The environment is a global problem, in fact it is a humanitarian problem that is so complex that it is handled collectively. Population pollution is getting denser and more crowded coupled with limited natural resources and even the influence of digital media, modern technology which is often used for profit and even exploiting natural resources for personal or group gain, thus reducing the quality of nature. Islam has strong teachings about ethics towards the environment, very devastating events have often been experienced lately, namely floods, illegal logging, forest burning and the most existing ones until now are the Covid-19 epidemic, of course we realize that the impact of These incidents are very disturbing to the sustainability of the human environment. "Besides that, a number of other forms of environmental damage must be a very valuable lesson." Humans have an important influence in the sustainability of the ecosystem and human habitat itself, the actions taken or policies. about the relationship with the environment is clearly very influential for a good environment and human life itself. ”Normatively, religion calls on all humans to preserve and have ethics towards the environment, the relationship between the two is harmonious. Keyword Islam, Living environment.***** Info Publikasi Artikel Kajian Literatur Sitasi Cantuman Toguan Rambe, et all. 2021. Islam dan Lingkungan Hidup Menakar Relasi Keduanya. Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama ARJ, 11, 1-14. DOI /ARJ. Hak Cipta © 2021. Dimiliki oleh Penulis, dipublikasi oleh ARJ Dikirim Maret 2021 Diterima Maret 2021 Dipublikasi Maret 2021 Abrahamic Religions Jurnal Studi AgamaVol. 1, No. 1 Maret 2021 2 Toguan Rambe, et all Islam dan Lingkungan Hidup Menakar Relasi KeduanyaABSTRAK Lingkungan hidup merupakan masalah global, kenyataannya menjadi masalah kemanusiaan yang begitu komplek sehingga penangananya secara bersama. Polulasi penduduk yang semakin padat dan sesak ditambah dengan sumber daya alam yang terbatas bahkan pengaruh media-media digital, tekhnologi modern yang seringkali digunakan untuk mecari keuntungan bahkan mengeksploitasi kekayaan alam untuk mencari keuntungan pribadi maupun kelompok, sehingga menurunkan kualitas alam. Islam memiliki ajaran yang tangguh mengenai etika terhadap lingkungan ini, kejadian yang sangat dahsyat sering dialami akhir-akhir ini, sebut saja bencana banjir, illegal logging, pembakaran hutan dan yang paling eksis hingga sekarang ini adalah wabah covid-19, tentu disadari bahwa dampak dari kejadian itu semua sangat mengganggu keberlangsungan lingkungan hidup manusia.”Disamping itu sederet bentuk kerusakan lingkungan hidup lainnya, haruslah menjadi pelajaran yang sangat berharga.”Manusia mempunyai pengaruh penting dalam kelangsungan ekosistem serta habitat manusia itu sendiri, tindakan-tindakan yang diambil atau kebijakan-kibijakan tentang hubungan dengan lingkungan jelas sangat berpengaruh bagi lingkungan yang baik dan kehidupan menusia itu sendiri.”secara normatif agama menyeru seluruh manusia untuk melestarikan dan beretika terhadap lingkungan, relasi diantara keduanya bersifat haromonis. Kata Kunci Islam, Lingkungan Hidup ***** A. Pendahuluan Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa, lingkungan hidup merupakan bagian urgen bagi kebelangsungan hidup umat manusia. Karena lingkunga hidup segenap isinya sangat menentukan kualitas hidup manusia. Akan tetapi aneh juga, permasalahan lingkungan hidup kini masih terus mengemuka, tanpa penanganan, penyelesaian dan usaha-usaha yang berkesinambungan. Masalah lingkungan hidup merupakan problem yang begitu kompleks secara global karenanaya menjadi masalah kemanusiaan yang serius. Hal itu semakin diperparah dengan meningkatnya populasi penduduk dunia, sumber daya alam yang menyempit bahkan masalah yang mutakhir kecanggihan alat-lat tekhnologi modern yang sering juga digunakan manusia untuk mancari keuntungan atau bahkan mengeksploitasi alam sehingga menurunkan kualitas hidup manusia dan alam itu sendiri. Masalah itu pada gilirannya terjadi lapisan ozon yang rusak, erosi, wabah penyakit dan lain sebagainya yang mejadikan tidak seimbanganya ekologis, yang padagilirannya akan sangat membahayakan kelangsungan hidup umat manusia. Dalam rangka pemeliharaan terhadap lingkungan, masing-masing Negara telah memberikan solusi yang konstruktif yakni dengan membentuk lembaga-lembaga yang sifatnya resme maupun swasta, berskala nasional maupun internasional yang keseluruhannya merumuskan gerekannya dalam tataran teoritis dan praktis. Hal ini diprakarsai, tujuan pentingnya untuk mewujudkan keharmonisan dan keseimbangan diantara semua elemen makhluk hidup dialam semesta ini tidak terkeciali kehidupan umat manusia. Karena eksistensi keberlangsungan alam semesta dan hidup manusia tersebut, menjadikan sangat penting dilakukan kajian yang mendalam mengenai 3 permasalahan ekologi dan semua aspeknya. Aspek yang tidak bisa dilupakan yakni ajaran agama dalam melihat permasalahan ini, karna agama yang diyakini kebenarannya, ia akan selalu hadir dan membimbing manusia pada setiap lini kehidupan. Dengan demikian, permasalahan lingkungan hidup tersebut diatas ditengah- tengah lingkungan umat beragama, perlu dilihat mengapa krisis lingkungan hidup bias terjadi. Lalu bagaimana ajaran agama Islam dalam hal penataan lingkungan tersebut. Persoalan-persoalan inilah yang menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini. B. Pengertian Lingkungan Hidup Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak Langsung. Lingkungan hidup terutama dikaji dalam ilmu lingkungan yang merupakan ekologi terapan applied ecology dengan tujuan agar manusia dapat menerapkan prinsip dan konsep pokok ekologi dalam lingkungan hidup Valentinus Darsono, 1995. Dengan pengetahuan manusia tentang ekologi, niscaya dapat mempengaruhi serta menyelesaikan masalah lingkungan yang sedang dihadapi, untuk menuju masyarakat yang berkelanjutan. Ada beberapa perumusan mengenai lingkungan hidup Valentinus Darsono, 1995. 1 St. Munajat Danusaputra, lingkungan dapat ditafsirkan dengan semua benda sekaligus kondisi yang tidak bisa dilepaskan seluruh aktifitas manusia, yang dalap dilihat dalam suatu ruang dimana manusia itu berada dan memberikan pengaruh atas kelangsungan hidup, sekaligus mewujudkan kesejahteraan hidup secara keseluruhan. 2 Emil Salim, lingkungan secara general dapat dimaknai dengan sebagai benda, keadaan serta pengaruh yang terdapat pada ruangan yang kita diami dan saling mempengaruhi antar sesame, termasuk kehidupan manusia. Ruang lingkungan dalam pengertian ini memiliki makna yang sangat luas, akan tetapi dapat dibatasi untuk praktisnya bahwa ruang lingkungan hidup dengan segala faktor yang memberikan pengaruh, misalkan faktor sosial politik, alam, faktor ekonomi, fakto agama dan budaya dan lain sebagainya. Sejalan dengan itu, lingkungan hidup yang berkualitas memiliki konsep yang sangat erat hubungannya dengan konsep kualitas hidup. Karena itu, lingkungan hidup terbentuk oleh adanya interaksi antara lingkungan hidup dengan manusia Valentinus Darsono, 1995. Tentunya untuk mewujudkan lingkungan hidup yang berkualitas, hal paling mendasar yang perlu diperhatikan yakni melihat berbagai pendekatan etika lingkungan. Terdapat tiga macam pendekatan etika lingkungan, yakni etika egosentris, etikahomosentris, dan etika ekosentris 2000. Pendekatan etis, religious bahkan politis, merupakan tiga pendekatan ang berkembang dalam kebudayaan Barat di abad ke 17, bahkan hal itu mandasari posisi politis berbagai kelompok yang memiliki kepintingan pragmatis untuk mengelola atau bukannya mengeruk sumber daya alam. Etika egosentris lebih berorientasi kepada individualistis. Kabaikan yang didapat untuk pribadi memberikan dampak yang baik pula untuk sosial masyarakat. Thomas Abrahamic Religions Jurnal Studi AgamaVol. 1, No. 1 Maret 2021 4 Toguan Rambe, et all Islam dan Lingkungan Hidup Menakar Relasi KeduanyaHobbes telah menyahuti konsep demikian pada naluri hidup manusia sangat bersifat kompetitif. Antara sesama manusia memiliki persaingan atau bukannya untuk saling mengalahkan antara satu dengan yang lainnya, atau idiom yang seringkali diperdengarkan Homo homini lupus manusia adalah serigala bagi yang lainnya. Lanjut Hobbes menyangkut hal ini, alam semesta dibentangkan untuk kehidupan bersama, karena sifatnya yang terbuka maka masing-masing orang bersaing untuk memperolah berbagai sumber yang terbaik dari tersebut. Dengan begitu manusia actor yang rasional mengoperasionalkan alam ini sesuai insting-insting yang alamiah. Bahkan Hobbes mengatakan bahwa etka egosentris itu pula diciptakan melalui pengetahuan-pengetahuan yang sangat mekanistik. Pandangan yang kedua etika homosentris, bermuara pada kepentingan hidup masyarakat. Pandangan etika ini memberikan penekanan terhadap model kepentingan sosial dan kepada setiap elemen yang bergerak untuk melindungi kesejahteraan semua masyarakat. Masyarakat yang kompleks yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda harus bertindak secara kolektif untuk keberlanjutan alam dan hidup mereka, Jeremy Bentham dan John Stuart Mill menguraikan bahwa etika yang berujung pada gerak keloktif itu mendatangkan kesedaran dan keuntungan bagi selurh masyarakat dari alam yang tersedia. Seperti etika egosentis, pandangan etika homosntris juga memiliki pandangan yang konsisten dengan sains mekanik. Kehidupan antara masyarakat dan alam itu selalaui dilukiskan dengan terminology organis dan mekanik. Pada masyarakat modern, semua unsur diintegrasikan secara organic dengan lainnya; satu hal yang memiliki fungsi dan pengaruh pada suatu bagian, akan memiliki pengaruh pula bagian lain atau bahkan pada keseluruhan. Sifatnya yang ulilitarian, etika ini pula memproyeksikan suatu arah pada sumber daya alam dengan argumentasi kesejahteraan keseluruhan masyarakat. Pandanga yang terakhir, yakni etika ekosentris yang menitikberatkan pada kosmos. Dalam pandangan etika ini, alam amupun lingkungan itu secara totalitas dimaknai memiliki arti pada diri sendiri. Bahkan semua komponen alam semesta ini baik yang hidup maupun yang tidak hidup memiliki eksistensis masing-masing sebagai sebuah ekosistem yang sehat. Misalnya manusia, bagian dari kosmos secara eksistensial mempunyai tanggung jawab moralnya masing-masing. Hal ini juga yang membuat etika ini bersifat holistic, lebih jauh daripada pandangan mekanistik maupun metafisik Sonny Keraf, 2002. Diantara asumsi yang melatarbelakangi pendangan holistik ini yakni manusia dan alam itu bersifat satu dan saling terikat. Implikasi dari konsep demikian bahwa tidak ada dualisme antara alam dan manusia, tidak ada upaya untuk menguntungkan satu elemen tertentu, akan tetapi terajdinya hubungan yang integral dan suatu sistem organik yang harmonis. Selain ketiga pandangan diatas, ada juga pendekatan yang dipandangan konstruktif yang disampaikan oleh ekofeminis yang memberikan penawaran etika lingkingan yang baru dari pandangan-pandangan mainstream saat ini, yakni etika lingkungan yang berorientasi pada kasih sayang, kesetaraan, peduli dan tanggungjawab terhadap 5 kehidupan, mengedepankan relasi yang egaliter, sikap harmonis dalam komunitas ekologis Sonny Keraf, 2002. Tentu tidak dapat dipungkiri bahwa, keterkaitan antara teologi, dan etika merupakan ajaran intrinsik dalam Islam itu sendiri, yang kemudian mendorong terbentuknya sistem etika dalam Islam, khususnya dalam pemiliharaan lingkungan hidup. Berbagai cara pandang menyangkut realasi hidup dengan alam diatas, tampaknya pendekatan ekosentris ekofeminis, selangkah lebih baik dan berorientasi dalam pandangan ecotheology, karena mengakui semua organisme yang terdapat dalam alam ini memiliki hak yang setara untuk menunjukkan eksistensi masing-masing bahkan memberikan pandangan terhdapa kesatuan ciptaan, dan memperlakukannya seharusnya dengan harmonis dan kasih sayang, dengan cara yang demikian maka akan terwujudlah lingkungan hidup yang berkualitas. C. Pandangan Para Ahli Tentang Krisis Lingkungan Hidup Sejalan dengan persoalan-persoalan krisi lingkungan yang dihadapi oleh umat manusia, muncul beberapa teori tentang apa sesungguhnya penyebab utama dari adanya krisis lingkungan. Diantara teori-teori tersebut ada yang menyatakan bahwa penyebab krisis lingkungan adalah adanya penggunaan teknologi canggih modern yang berkekuatan tinggi. Dengan kekuatan-kekuatan yang dimilikinya ini, mesin cenderung ekspansif dan eksploitatif. Memang disatu sisi teknologi dapat memicu manusia mempercepat pencapaian-pencapaian yang diinginkannya dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan teknologi dapat mempercepat terjadinya kerusakan dan pengurasan sumber daya alam natural resources dengan lebih cepat pula. Kecenderungan eksploitatif dari dunia modern tersebut memang sulit untuk bisa dihindari, terutama dikaitkan dengan alas an ekonomi, seperti permintaan pasar yang besar. Permintaan pasar yang besar sejalan dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Hal inilah sehingga proses pengelolaan daya alam menjadi sulit terkendali. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Passmore seperti dikutip Sudarminta J. Sudarminta, 2005. mengenai timbulnya masalah lingkungan, menurutnya tidak terpisah dari pandangan kosmologis tertentu yang pada kenyataannya telah menumbuhkan sikap eksploitatif terhadap alam. Perubahan secara fundamental mengharuskan dilakukan dalam konteks penataan bahka etika terhadap lingkungan, pandangan kosmologis yang menumbuhkan semangat untuk merawat bukannya sika untuk mengeksploitasi alam yang justrus akan merusak semua elemen-elemen alam bahkan eksistensi keberlanjutan hidup manusia secara keseluruhan. Lynn White Jr Lynn White Jr, 1967, seorang sejarawan memberikan sebuah komentar bahwa historisitas ekologis, semuan cara pandang yang disampaikan manusia itu terdapat ajaran agama-gama monoteistik. Diantaranya padangan antroposentrisme yang dikemukan oleh White, yakni paham yang menekankan bahwa manusia merupakan sentral dari keseluruhan ciptaan, pandangan ini menurutnya juga terdapat dalam pemhaman Yahudi-Kristen terdapat dalam kitab Kejadian 128, yang memberikan landasan teologis atas wewenang yang diberikan Tuhan kepada semua manusia untuk Abrahamic Religions Jurnal Studi AgamaVol. 1, No. 1 Maret 2021 6 Toguan Rambe, et all Islam dan Lingkungan Hidup Menakar Relasi Keduanyamengelola bahkan menundukkan alam semesta ini untuk kepentingan hidup mereka. Teori yang dikemukan White ini pada ujungnya menggugah semangat ecotheology sebuah wacana baru dalam agama-agama besar dunia mengenai penataan lingkungan. Teori selanjutnya menyatakan bahwa terjadinya krisis lingkungan erat kaitannya dengan sikap yang mendasari hubungan manusia dengan alam yang kurang tepat. Bagi golongan sekuler mungkin berpandangan bahwa sah-sah saja mengeksploitasi alam secara besar- besaran demi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan manusia. Akibatnya secara disadari atau tidak sumber daya alam terus terkuras. Sebaliknya, bagi golongan religius, alam tidak boleh dieksploitasi, karena ia merupakan amanah Tuhan. Oleh sebab itu pengelolaan alam harus sesuaidengan perintah-perintah Tuhan Alam harus dipelihara, sesuai dengan sifat-sifat Tuhan yaitu sebagai Pencipta, dan pemelihara alam semesta. Dalam konteks ini diperlukan reorientasi, pemahaman baru, atau dalam terminologi khusus disebut teologi lingkungan. Artinya penataan lingkungan yang religius. Terkadang teknologi canggih belum mampu mengeluarkan umat manusia dari krisis lingkungan. Pendapat yang kurang lebih senada juga dikemukakan oleh Algore yang menyatakan bahwa krisis lingkungan hidup sesungguhnya terjadi bukan semata-mata faktor ekonomi dan teknologi, tetapi merupakan refleksi dari krisis spiritual yang paling dalam dari umat manusi. Jika pandangan terakhir ini dipegangi, maka yang harus menjadi focus perhatain dalam hal penangulangan krisis lingkungan adalah dengan melihat kembali pemahaman agama. Hal ini penting, karena teologi atau aqidah adalah hal yang mendasari segala pola pikir, sikap dan perbuatan umat beragama. Jika akidahnya benar, maka hasilnyapun akan benar pula. Kesadaran keberagamaan islam dapat diuraikan bahwa kesadaran aka eksistensi Tuhan, prinsip hidup yang menyuarakan bahwa semangat ilmiah tidak berlawanan maupun bertentangan dengan semangat religious, karena keduanya itu bersifat integral dan saling terhubung dan terpadu dengan Kemahakuasaan Tuhan itu. Munculkan sikap akan Keesaan Tuhan dengan sendirinya menguatkan semangat kehidupan dan kebenaran bahwa Tuhan merupakan satu dalam Esensi-Nya, baik nama-nama, sifat-sifat-Nyaserta perbutan-Nya Osman Bakar, 2008. Kenyataan ini konsekuensi penting dari pengakuan kebenaran yang begitu menentukan bahwa manusia yang beragama itu harus menerima realitas obyektif kesatuan alam semesta serta pemeliharaan alam semesta. Oleh karenanya, diperlukan adanya upaya eksplorasi relasi antara agama dengan lingkungan dengan berbagai upaya untuk memberikan tafsiran ulang terhdapa nilai-nilai spiritual yang begitu substansial bahkan dengan upaya untuk memikirkan kembali posisi, peran dan tanggungjawab secara fundamental manusia terhadap alam. Nilai-nilai etika yang bersifat universal itu terdapat pada masing-masing agama yang dianut, karena itu tugas pemeluk agama untuk menggali nilai-nilai yang terkandung didalamnya sebagai etika yang dapat diterapkan secara bersama-sama, menghilangkan egosentris dalam pandangan terhadap alam, memiliki pahama bahwa semua elemen alam itu memiliki hubungan antara satu dengan yang lainnya, dengan cara pandang yang demikian mengahasilkan upaya yang konstruktif, perspektif kosmologis yang harmonis bahkan berorientasi terhadap keberlangsungan alam. 7 D. Pernyataan Alquran tentang Lingkungan Hidup Ayat-ayat Alquran banyak sekali menyinggung tentang masalah lingkungan hidup. Hal ini bermakna bahwa Alquran punya konsern terhadap masalah ini. Misalnya bahwa Alquran sangat tegas terhadap orang-orang yang merusak lingkungan. Bahkan perusak alam diganjar dengan hukuman yang sangat berat seperti dijelaskan pada surat Albaqarah ayat 205–206. Apabial ia berpaling dari kamu, kemudian ia juga melakukan perjalanan di atas buma dan melakkukan kerusakan, merusak tumbuhan juda hewa, dan sungguh Allah tidak menghendaki kerusakan. Jika disampaikan padanya "Bertakwalah kepada Allah", maka ia akan menunjukkan sikap yang arogan bahkan melakukan perbuatan dosan. Makan kelak balasannya di nerak Jahannam. Sungguh itu tempat yang paling buruk dan manakutkan. Tidak hanya keterangan wahyu Alquran yang banyak menyinggung tentang lingkungan hidup, hadist-hadist nabi juga ada, antara lain yang berbunyi “Hai prajurit kamu tidak dibolehkan membunuh anak-anak dan wanita, musuhmu adalah kaum kafir. Jangan membunuh unta/kuda dan binatang lain, jangan membakar dan merusa kota, menebang pohon, dan jangan merusak sumber air minum Muslim. Dalam hadis tersebut dapat ditarik pemahaman bahwa jika dalam situasi darurat, situasi perang, kita harus tetap memperhatikan lingkungan, apalagi pada masa-masa normal. Perhatian Alquran yang khusus tentang lingkungan hidup ini, tidak hanya terkait dengan larangan dan anjuran atau apa yang baik dan yang buruk. Lebih dari itu ternyata alquran punya pandangan yang spesial. Dorongan Alquran agar memperhatikan alam lingkungan adalah agar manusia dapat mengelola alam dengan sebaik-baiknya, agar dapat dimafaatkan seluruh semesta.” isalnya, Alquran memotivasi manusia agar memperhatikan bagaimana unta diciptakan, bagaimana gunung ditinggikan, bagaimana bumi dihamparkan. Dengan demikian, manusia harus mengadakan riset-riset. Dengan riset-riset inilah pada akhirnya dapat melahirkan ilmu-ilmu baru yang dapat membawa umat manusia sejahtera. Misalnya, anjuran memperhatikan unta diciptakan, seharusnya melahirkan penemuan baru dalam bidang biologi. Anjuran memperhatikan gunung diciptakan seharusnya melahirkan penemuan baru dibidang geologi, demikian juga anjuran bumi dihamparkan agar dapat melahirkan ilmu-ilmu kealaman yang berujung pada kesejahteraan umat manusia. Motivasi Alquran untuk mengadakan riset-riset ilmiah ini ditegaskan dalam Alghasiyyah 17-20 berbunyi Artinya Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan?, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan ?, Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?, Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? “Disisi lain, agama dan lingkungan seringkali dipahami secara terpisah atau dikotmis.”Pemahaman tersebut berkembang selama ini, sehingga agama cenderung tidak memberikan kontribusi yang memadai terhadap kesadaran umat dalam menjaga lingkungan mereka.”Agama dan lingkungan dianggap dua hal yang terpisah dan tidak berhubungan satu sama lain.”Padahal terdapat hubungan yang erat antara agama dan lingkungan hidup,”khususnya pada kontribusi agama dalam mempengaruhi perilaku Abrahamic Religions Jurnal Studi AgamaVol. 1, No. 1 Maret 2021 8 Toguan Rambe, et all Islam dan Lingkungan Hidup Menakar Relasi Keduanyamanusia terhadap persepsi dan tingkah lakunya dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup di sekitarnya.” “Agama secara implisit mengajarkan umat beragama untuk mengetahui, dan menyadari arti penting menjaga lingkungan sehari-hari.”Karena agama mengajarkan setiap umatnya untuk peduli terhadap lingkungan.”Bahwa setiap kerusakan alam, lingkungan pada akhirnya akan memberikan dampak buruk jangka panjang kepada diri manusia sendiri.”Pada kesempatana ini Allah menyatakan bahwa kerusakan lingkungan disebabkan oleh perbuatan manusia.”Seperti yang terdapat dalam surat Ar-Rum ayat 41 “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatantangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dariakibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” 41.” “Sungguh disadari bahkan diyakini bahwa Allah telah mengirimkan menusia ke atas bumi ini ialah untuk menjadi khalifah Allah, yang berarti pelaksana dari keinginan Tuhan.”Tentu sangat banyak rahasia kebesaran dan kekuasaan Ilahi menjadi jelas dalam dunia, karena usaha manusia.”Oleh karenanyamenjadi seorang khalifah semestinyalah pribadi yang menjadi muslih, yang berarti memiliki semangat kreativitas memperbaiki dan memperindah Hamka, 1982.”Oleh karenanya, Maka janganlah kita terlalu terpesona melihat berdirinya bangunan-bangunan raksasa, jembatan-jembatan panjang, gedung-gedung bertingkat menjulang langit, sampainya manusia kebulan dari Abad Kedua puluh ini, jangan dikatakan bahwa itu suatu pembangunan, kalau jiwa seseorang bertambah jauh dari Tuhan.”Sungguh ironis bahwa tidak sedikit manusia di zaman sekarang dalam kemajuan ilmu pengetahuan ini hidup mereka bertambah sengsara.”Kemajuan teknik tidak membawa bahagia, bahkan perang salalu mengancam, perikemanusian tinggal dalam sebutan lidah, namun niat jahat tambah subur hendak menghancurkan orang lain dan menebarkan berbagai jenis kejahatan.”Terkadang melalui perenungan kita kagum memikirkan ayat ini. Sebab dia dapat saja ditafsirkan sesuai dengan perkembangan zaman sekarang ini.”Ahli-ahli fikir yang memikirkan apa yang akan terjadi kelak, ilmu yang diberi nama Futurologi, yang berarti pengetahuan tentang yang akan terjadi kerena memperhitungkan fenomena-fenomena yang terjadi sekarang ini.” “Misalnya tentang kerusakan yang terjadi di darat karena perbuatan manusia lazimnya disebut denganpolusi, yang berarti pencemaran udara, akibat asap dari zat-zat pembakar,bensin, dan sebagainya.”Bagaimana bahaya dari asap pabrik, begitu juga asap kendaraan. Udara yang amat kotor itu dihisap tiap saat, sehingga paru-paru manusia penuhdengan kotoran.”Kemudian diperhitungkan orang pula kerusakan yang terjadi di lautan.”Misalkan, air laut yang rusak karena kapal tangki yang besar membawa minyak tanah atau bensin pecah di laut.”Demikian pula air dari pabrik-pabrik kimia yang mengalir melalui sungai-sungai menuju lautan, setiap harinya semakin banyak.”Hingga air laut penuh racun dan ikan-ikan jadi mati.”Hal tersebut, pernah terjadi di sungai Seine, Eropa menghempaskan bangkai seluruh ikan yang hidup dalam air tersebut, terdampar ketepi sungai jadi membusuk, tidak bisa dikonsumsi.”Demikian pula pernah beratus ribu, masalah kerusakan ekosistem alam, peristiwa matinya berjuta ikan yang terdampar ketepi 9 pantai Selat Teberau di antara Ujung Semenanjung Tanah Melayu dan pulau Singapura.”Besar kemungkinan bahwa ikan-ikan itu keracunan.” “Ini semuanya adalah perbuatan manusia.”Diujung ayat disampaikan seruan agar manusia berfikir,“Mudah-mudahan mereka kembali” ujung ayat 41.”Arti kembali itu tentu sangat dalam.”Bukan maksudnya mengembalikan jarumsejarah ke belakang. Melainkan kembali memiliki diri dari mengoreksi niat, kembali memperbaiki hubungan dengan Tuhan.”Jangan hanya ingat akan keuntungan diri sendiri, lalu merugikan orang lain.”Jangan hanya ingat laba sebentar dengan merugikan bersama, tegasnya dengan meninggalkan kerusakan di muka bumi.”Dengan ujung ayat “Mudah-mudahan”, dinampakkanlah bahwa harapan belum putus.”Pada kenyataannya, disadari atau tidak, terjadinya krisis lingkungan munculnya ilmu pengetahuan modern yang memiliki pijakan epistemologi pada positivisme yang mempunyai kecenderungan yang kuat kepada hal-hal yang bersifat empirik dan rasional.”Dalam paradigma positivisme, kebenaran diukur sejauhmana ia sesuai dengan“fakta obyektif”. “Ini bermula dengan munculnya Francis Bacon 1561-1626pandangan baru tentang ilmu pengetahuan.”Baginya, pengetahuan haruslah menjadi kekuatan manusia untuk menguasai alam knowledge is power.”Rene Descartes, bapak filsafat modern, menyatakan hal serupa.”Descartes menekankanperlunya membangun sistem ilmu pengetahuan yang kokoh dengan dasar ilmupasti dan menghilangkan aspek-aspek yang tidak dapat ditangkap oleh rasio.”Sejak akhir abad ke-17 degradasi alam diintensifikasikan oleh para ilmuwan menjadi suatu pengetahuan yang mekanistis.” “Alam dilihat sebagai mesin yang mempunyai sistem teratur, dan bagian- bagiannya dimaksudkan sebagai hukumalam yang dideduksi lewat pemikiran rasional dan diverifikasikan dengan eksperimen.”Alam tidak lagi dilihat sebagai organisme hidup, tetapi hanyalah sebuah objek yang dapat diekspolitasi dan dimanipulasikan.”Pandangan positivistik-mekanistik ini mendorong timbulnya penemuan-penemuan teknologi modern yang semakin maju.”Kendati demikian, perkembangan teknologi denganhasil-hasilnya semakin memperkuat posisi manusia dalam kedudukannya sebagai “sang penguasa” alam semesta dan berbagai kekayaan alam yang di kandungnya.”Sikap superior manusia terhadap alam memberikan banyak peluang bagi manusia untuk merusak tatanan lingkungan hidupnya.” “Para pemikir Islam terkhusus tokoh islamic ecotheology sepakat bahwa yang menjadi akar darikrisis dan pencemaran lingkungan bertititolak dari sains dan teknologi Baratyang berpijak kepada asumsi-asumsi positivistik di atas.”Karena itu, disadari bahwa yang perlu dilakukan adalah melakukan dekonstruksi terhadap kerangka epistemologis pengetahuan Barat tersebut, lalu merekonstruksi sebuah paradigma tentang alam yang lebih bersahabat dengan berpijak kepada tradisi Islam.”Dalam hal ini, Ziauddin Sardar adalah seorang saintis, penulis yang produktif, salah satu tokoh islamic ecotheology dari Pakistan, mengistilahkan agrevitas sains dan teknologi ini dengan “sentuhan Midas” yang telah berkembang sedemikian pesatnya tanpa kontrol moral sehingga keharmonisan dan keindahan ekologi menjadi rusak Ziauddin Sardar, 1998.” Abrahamic Religions Jurnal Studi AgamaVol. 1, No. 1 Maret 2021 10 Toguan Rambe, et all Islam dan Lingkungan Hidup Menakar Relasi Keduanya“Karena itu, menurut Sardar,”yang diperlukan adalah reorientasi radikalilmu pengetahuan hingga ke tingkat epistemologi dan pengisian pandangan dunianya dengan nilai-nilai Islam agar terbentuk suatu ilmu pengetahuan Islam yang lebih sesuai dengan kebutuhan fisik dan spiritual umat Islam.”Sardar menyebut usahanya ini dengan kontemporerisasi ilmu pengetahuan Islam.”Nilai-nilai yang dijadikan pijakan epistemologi oleh Sardar adalah sepuluh nilai,yaitu tawhid, khilafah, ibadah, ilm, halal, haram, adl vs zulm,istishlah vsdhiya Jose Abraham, 2001.”Kesepuluh rumusan nilai ini dapat diletakkan sebagai basis untuk menilai apakah program-program riset dan teknik masuk dalam kategori islamic science atau tidak.”Misalnya, pertanyaan-pertanyaan dapat diajukan apakah hasil dari program tersebut menjadi ukuran bagi keadilan sosial ataukah memperkuatdan memunculkan suatu bentuk tirani; apakah ia membawa kepada penghormatan kepada kekhalifahan manusia berkenaan dengan dunia alam; dan apakah membawa kepada kesejahteraan manusia atau kesia-siaan Sardar, 1998.”Oleh karenanya, sebagai umat yang hidupnya dibina dengan ajaran- ajaran yang sarat nilai, seharusnya kita dapat menyikapi masalah besar ini dengan sikap yang jelas, konstruktif dan diikuti dengan langkah-langkah yang dapat mempengaruhi prilaku masyarakat.”Ada beberapa hal yang kiranya perlu diambil dalam masalah lingkungan hidup, sebagai berikut Muhammad Tholhah Hasan, 2005.” 1. Kita memandang masalah lingkungan hidup ini sebagai masalah diniyah teologis, buka hanya masalah politik, ekonomi, teknologi saja, menginagt dampak kerusakan lingkungan hidup ini juga memberi anacaman terhadap kepentingan agama dan umat menusia. 2. Kita menyadari, bahwa pembangunan ekonomi di Negara kita dan khususnya pembangunan industri adalah perlu. Namun harus disadari pula, perlunya dihindari pengaruh yang merugikan umat manusia secara luas, baiik dalam jangka pendek maupun jangka panjang atau paling tidak menekan pengaruh negatif itu seminimal mungkin. 3. Kemajuan Iptek memang harus dikejar, tetapi bukan Iptek yang bebas nilai value free yang seolah-olah berada sendirian di ruang hampa. 4. Keterlibatan para tokoh dan lembaga-lembaga ke Islaman, dal;am berbagai kegiatan dan uapaya-upaya penanggulangan lingkungan hidup ini, dan memasukkan masalah lingkungan hidup sebagai salah satu program-program organisasi. E. Perintah Alquran Melestarikan Alam dan Sekilas Tentang Global Warning “Dalam perspektif aqidah Islam penciptaan alam semesta lingkungan dengan semua elemen yang ada di dalamnya merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah Swt, Semua ciptaan Allah Swt.”baik yang berujud makhluk hidup maupun makhluk mati memiliki tugas yang sama, yakni bersujud bertasbih kepada Allah Swt. Alam semesta bersama-sama manusia bersujud kepada Alah, menaati perintah-Nya, dan patuh terhadap semua hukum yang berlaku bagi semua makhluk.”Allah Swt. menyatakan hal ini dalam firman-Nya 11 “Dan apakah mereka tidak memerhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri? Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan juga para malaikat, sedang mereka malaikat tidak menyombongkan diri.” QS. al-Nahl 16 48-49. “Alam semesta ini juga bertasbih kepada Allah Swt. QS. al-Hasyr 59 1, QS. al-Taghabun 64 1, dan QS. al-Isra’ 17 44, meskipun kita tidak memahami bentuk pujian mereka.”Namun, dalam proses penciptaan selanjutnya, Allah membedakan manusia dari seluruh elemen lingkungan dengan memberikannya akal dan kemampuan-kemampuan rohani, yang kemudian menjadikan manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi.”QS. al-Baqarah 2 30 dan sekaligus membawa beban amanah sebagaimana yang digambarkan dalam firman Allah Swt. “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” QS. alAhzab 33 72.” Allah melengkapi manusia dengan tabiat yang majemuk sehingga mampu membangun peradaban di atas bumi dan karena hal inilah Allah melebihkan manusia dari semua makhluk ciptaan Allah lainnya QS. al-Isra’ 17 70, termasuk melebihi malaikat terutama karena manusia memiliki kemampuan berpikir dalam bidang ilmu pengetahuan sehingga manusialah yang berhak menjadi khalifah di bumi ini QS.”al-Baqarah 2 33.” “Begitu mulianya manusia karena memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka pemeliharaan lingkungan.”Sebagai konsekuensi ditundukkannya segala elemen lingkungan kepada manusia, maka selanjutnya manusia dituntut untuk berinteraksi dengan lingkungan secara baik sesuai dengan hukum-hukum yang sudah digariskan oleh Allah Swt.”melaksanakan serta memelihara pemberlakuan hukum-hukum tersebut dalam aplikasi nyata.”Peranan manusia ini dikategorikan sebagai tujuan-tujuan yang sangat mulia di tengah-tengah kehidupan manusia, yang dalam bahasa al-Raghib al-Asfahani merupakan hikmah Allah kepada para mukallafin para Muslim dewasa yang pada akhirnya dibagi menjadi tiga tujuan, yaitu”1 untuk mengabdi beribadah kepada Allah Swt.”QS.”al- Dzariyat 51”56, 2 sebagai wakil Allah di muka bumi QS.”Shad 38 26, dan 3 membangun peradaban di muka bumi QS. Hud 11 61.” “Disamping keterangan di atas, wacana global warning juga kerap sekali menghasilkan cuaca yang ekstrim yang pada gilirannya akan merusak tatanan lingkungan hidup.”Pemanasan global Global Warming pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca greenhouse effect yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida CO2, metana CH4, dinitrooksida N2O dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global-termasuk Indonesia – yang terjadi pada kisaran 1,5-40 oC pada akhir abad 21.” Abrahamic Religions Jurnal Studi AgamaVol. 1, No. 1 Maret 2021 12 Toguan Rambe, et all Islam dan Lingkungan Hidup Menakar Relasi Keduanya“Pemanasan global menimbulkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dan sebagainya.”Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi”agangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, b gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara c gangguan terhadap permukiman penduduk, d pengurangan produktivitas lahan pertanian, e peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dan sebagainya Siti Zawimah,2000.” “Dengan demikian, pemanasan global Global Warming adalah merupakan meningkatnya temperatur di planet bumi secara global, meliputi peningkatan temperatur atmosfir, temperatur laut dan temperatur daratan bumi yang menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap masa depan bumi termasuk manusia dan makhluk hidup lain.”Dampak yang ditimbulkan cenderung mengancam eksistensi bumi, dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.”Tentu secara definitif padanan kata global warning tidak akan ditemukan didalam Alquran.”akan tetapi jika ditelusuri lebih jauh bahwa pemanasan global merupakan salah satu dari sekian banyak penyebab kerusakan alam.”Faktor utama dari pemanasan global disebabkan karena meningkatnya kadar CO2.”Adapun sektorpenghasil utama CO2 adalah pembangkit energi, transportasi dan energy.”Untuk itu, ada beberapa ayat Alquran yang dapat dijadikan sebagai rujukan.”Diantara term-term Alquran yang terkait langsung dengan kerusakan alam yakni fasâd.”term Fasâd berarti sesuatu yang keluar dari kesimbangan Al-Asfahani, 2001 kata ini digunakan untuk menunjuk apa saja baik jasmani, jiwa maupun hal-hal lain.”Ia juga diartikan sebagaiantonim dari kata ash-shalâh yang berarti manfaat atau berguna M.”Quraish Shihab,2002 Secara umum keduanya terkait terhadap sesuatu yang bermanfaat dan tidak bermanfaat.”Tentu dalam konteks yang demikian banyak ayat-ayat Alquran yang relevan terhadap pernyataan di atas.” “Karena itulah, berbuat baik kepada lingkungan merupakan bagian dari perbuatan baik kita.”Kita memberi kesempatan semua makhluk lingkungan untuk melaksanakan tugas bersujud kepada Allah sebagaimana kita.”Kita tidak boleh merusak lingkungan, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Seorang Muslim juga harus melihat alam sekitar ini sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah QS.”Ali Imran 3 190.”Seorang Muslim juga harus melihat alam sebagai nikmat yang dikaruniakan Allah Swt.”kepada manusia QS. Luqman 31 20 dan QS. Ibrahim 14 32-34.”Dengan demikian, diyakini bahwa, pemeliharaan terhadap lingkungan juga merupakan bagian penting dari ajaran Islam.” F. Etika Islam Tentang Lingkungan Hidup Khusus dengan penataan lingkungan hidup, Alquran memberikan sejumlah rambu-rambu, kaidah moral/etika yang mendasari pengelolaan lingkungan hidup. Etika inilah sebagai sumber acuan, sumber nilai dalam merumuskan segenapkebijakan yang berkaitan dengan penataan lingkungan hidup, etika tersebut antara lain Katimin, 2010. 13 a. Alam semesta dan isianya adalah milik Allah. b. Allah menciptakan alam untuk kesejahteraan seluruh umat manusia beserta isinya. c. Alam semesta adalah amanah dari Allah. d. Tidak diperkenankan pemborosan. e. Pengelolaan alam harus dipertanggngjawabkan oleh mansuia sebagai khalifahdimuka bumi. Seluruih prinsip-prinsip etis dalam pengelolaan diatas bertumpu pada ajaran fundamental Islam yang dalam terminology akademis disebut sebagai tauhid yaitu Tuhan dipandang sebagai pemilik dan pemelihara alam semesta. Oleh sebab itu segala aktifitas yang berkaitan dengan proses pengelolaan dan penataan lingkungan hidup mengacu kepada Tuhan sebagai Rabb al-alamin. dalam arti bahwa sesungguhnya Tuhanlah sebagai pemilik alam semesta dan pemelihara alam semesta, hal ini berarti segenap proses penataan dan pemanfaatan lingkungan hidup harus diilhami oleh sifat-sifat sebagai Rabb al-alamin, Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara. Kesimpulan Keyakinan umat Islam selalu berorientasi kepada kebenaran, dan tidak terjerumus kepada keselahan. Kerusakan alam yang seringkali terjadi yang merasakan dampaknya adalah manusia itu sendiri, Kerusakan alam itu misalkan bencana banjir, illegal logging, pembakaran hutan, bahkan kejadian yang masih kita rasakan sampai sat ini yang Covid-19 dengan berbagai variannya yangmembuat kehidupan manusia menjadi tidak stabil, kerusakan hutan bahkan pekerjaan yang dilakukan secara terang-terangan dibeberapa daerah yang menyebabkan pencemaran udara, sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Sampai-sampai kegiatan belajar-mengajar diberbagai sekolahpun diliburkan karena kondisi cuaca alam yang kurang baik.”Disamping itu sederet bentuk kerusakan lingkungan hidup lainnya, haruslah menjadi pelajaran yang sangat berharga.”Manusia mempunyai pengaruh dan peranan penting dalam menjaga dan menata kelangsungan ekosistem serta habitat manusia itu sendiri, seluruh tindakan-tindakan yang diambil atau kebijakan-kibijakan tentang hubungan dengan lingkungan akan berpengaruh bagi lingkungan dan menusia itu sendiri.”karenanya, relasi antara Islam dan lingkungan hidup itu bersifat harmonis, saling menjadi dengan kebaikan, atau dengan ungkapan lain secara normatif agama menyeru seluruh manusia untuk melestarikan dan beretika terhadap lingkungan.” Abrahamic Religions Jurnal Studi AgamaVol. 1, No. 1 Maret 2021 14 Toguan Rambe, et all Islam dan Lingkungan Hidup Menakar Relasi KeduanyaREFERENSI Ali Syariati. 1996. Kritik Islam atas Marxisme dan Sesat pikir Barat lainnya, Bandung Mian. Abdillah, Mujiyono. 2001. Agama Ramah Lingkungan Perspektif Alquran. Jakarta Paramadina. Bouggeois. 1980. Strategi and environment; A Conceptual integration, acadmy of Management. III, L. Jl. Chandler, Strategy and Structure Chapter in the history of the industrial enterprise, And Teece, 1994. Fundamental Issues in Stragegy in Strategy A Researc Agenda. Mass Harvard Business Scoo Press. A. D. 1962. Child, Organizational Structure, Environment and Performance The Role of Strategic Chice. Sosiology, 6, 2-22. in Preffer, J. 1982, Organization and Organization Theory. Mass Pitman Publishing Inc, J. 1972. Hidayat, Komaruddin. 1998. Tragedi Raja Midas Moralitas Agama dan Krisis Modernisme, Jakarta Paramadina. Hammond. 1994. Structur, Strategy, and the Agenda of the firm. In rumelt, R P. Scendel, D, E., & D. J. Teece Eds., Fundamental Issues in Strategy A Research Agenda . Mass Harvard Business Scool Press. T. H. Shihab, M. Quraish. 1996. Memembumikan Alquran Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Mizan. -. 2002.Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, Volume 11, cet II, Jakarta Lentera Hati. Hasan, Muhammad Tholhah. 2005. Islam dalam Perspektif Sosiokultural, Jakarta Lantabora Press. Suparlan, Parsudi. 1996. Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungan, Jakarta PT Raja Grafindo Persada. Sardar, Ziauddin, Masa Depan Islam terj Bandung Pustaka, 1987 Mangunjaya, Fachruddin M.. Hidup Harmonis dengan Alam. Jakarta Obor Indonesia, 2006. Sastrawijaya, Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan Jakarta Rineka Cipta. Bakar, Osman. 2008. TAUHID & SAINS Perspektif Islam Tentang Agama dan Sains, Bandung Pustaka Hidayah. Darsono, Valentinus. 1999. Pengantar Ilmu Lingkungan, Yogyakarta Universitas Atma Jaya. All publication by Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama are licensed under a Lisensi Creative Commons Atribusi Internasional ... In addition, the learning technique used is one that is not limited to the classroom. So it is necessary to include environmental education in boarding school Rambe, Sari, & Rambe, 2021. ...Tatang Muh Nasir Hasbiyallah HasbiIlham Arif PebriansyahUjang DedihThe research background is based on the problem of low waste management in the city of Bandung. Waste management is important because the accumulation of waste results in various bad things that have an impact on people's health and the environment. The aim of the research is to obtain a description of the Zero Waste program through the Kang Pisman School and to find out the Implementation of Love the Environment Education implemented in the Insan Madani Islamic boarding school. Collecting data from research using observation and interview techniques. This research uses a quantitative approach with descriptive research methods. The object of this research is the Insan Madani Islamic Boarding School Santri. The results of the research show that the Zero waste program Through the Kang Pisman school is suitable for students at the Insan Madani Islamic Boarding School. Because, through this zero waste program, students will know how to reduce, separate, and utilize what is there. After the students get used to doing "Kang Pisman" then little by little, the impact of the accumulation of garbage in the city of Bandung is quite reduced and the students have a soul of love for the environment... Therefore, the destruction of nature is certainly not justified in Islamic teachings. Humans and nature have a very close relationship in Islam Mukhlis, 2019;Rambe & Rambe, 2021. Allah created this world including humans and the environment in balance and harmony. ...Islam is a religion that specialises in environmental issues and natural preservation. The Prophet Muhammad PBUH has given many examples to humankind about the importance of preserving the environment and prospering the earth, so it remains sustainable. For this reason, it is essential to look further into the guidance and example of the Prophet PBUH in preserving the environment and prospering the earth through his hadiths so that every Muslim can imitate and use them as a guide in everyday life. This study was conducted to describe the traditions of the Prophet related to efforts to preserve the environment and prosper the earth as part of the obligations of a Muslim. This study used a descriptive-qualitative research approach through a literature review. The results of the study show that in an effort to preserve the environment and prosper the earth, through his hadiths, the Prophet gave several instructions and guidelines, namely 1 prohibiting his people from exploiting and monopolising energy sources; 2 keeping the environment clean by reforesting and planting trees, and not polluting the environment; 3 not cutting down trees and clearing forests indiscriminately; and 4 making use of abandoned land.... "Sikap dan perilaku manusia akan menentukan baik buruknya kondisi suatu lingkungan. Sebaliknya, bagaimana manusia memperlakukan lingkungan dampaknya akan berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia" Setyoningsih, 2017;Rambe et al., 2021. Semua lingkungan yang ada di masyarakat dapat digunakan dalam proses pembelajaran, dimana lingkungan dapat menjadi salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. ...This study aims to determine the results and process of increasing students' conceptual understanding of the water cycle material through natural environment-based learning in class V. The method used is classroom action research CAR which adapts the Kemmis and Mc. Taggart model which in this study has four components consisting of planning, action, observation and reflection. The instrument used to measure the increase in students' conceptual understanding used a concept understanding test, while the instrument used to measure the improvement in the learning process used observation sheets for teacher and student activities as well as student daily observation sheets and the last one was documentation. The subjects in this study consisted of 16 fifth grade students. The results of this study indicate that there is an increase in conceptual understanding after the implementation of the natural environment-based learning model in the water cycle science subject, which is characterized by an increase in the results of understanding the concept and changes in student behavior after the actions are carried out in each cycle. This can be seen from the increase in the results of the concept understanding test in cycle I and cycle II. In the first cycle, the class average was and increased in the second cycle with the class average of In addition, the results of this increase are also strengthened by an increase in student behavior, where the results obtained in the first cycle of 65% and an increase in the results in the second cycle to 89%. This shows that the application of natural environment-based learning can be an alternative science learning model, because this learning model can improve the understanding of fifth grade students in the water cycle material... Inilah fase tentang mitologi akan alam sebagai gagasan dan alam sebagai pemberi manfaat, melalui apa saja yang bisa diberikan alam kepada manusia. Manusia dan alam adalah satu kesatuan yang saling terikat satu sama lain Rambe, 2021, muncul kesadaran manusia untuk memproduksi kultur dengan alam sebagai manifestasi utamanya. ...Kritik Islam atas Marxisme dan Sesat pikir Barat lainnyaAli SyariatiAli Syariati. 1996. Kritik Islam atas Marxisme dan Sesat pikir Barat lainnya, Bandung Ramah Lingkungan Perspektif AlquranMujiyono AbdillahAbdillah, Mujiyono. 2001. Agama Ramah Lingkungan Perspektif Alquran. Jakarta and Performance The Role of Strategic ChiceChild, Organizational Structure, Environment and Performance The Role of Strategic Chice. Sosiology, 6, 2-22. in Preffer, J. 1982, Organization and Organization Theory. Mass Pitman Publishing Inc, J. 1972.Structur, Strategy, and the Agenda of the firmHammondHammond. 1994. Structur, Strategy, and the Agenda of the firm. In rumelt, R P. Scendel, D, E., & D. J. Teece Eds., Fundamental Issues in Strategy A Research Agenda. Mass Harvard Business Scool Press. T. Alquran Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan MasyarakatM ShihabQuraishShihab, M. Quraish. 1996. Memembumikan Alquran Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Mizan. -. 2002.Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, Volume 11, cet II, Jakarta Lentera dalam Perspektif SosiokulturalMuhammad HasanTholhahHasan, Muhammad Tholhah. 2005. Islam dalam Perspektif Sosiokultural, Jakarta Lantabora Lingkungan Jakarta Rineka CiptaTresna SastrawijayaSastrawijaya, Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan Jakarta Rineka Cipta.Adapunakhlak manusia terhadap alam yang wajib dilaksanakan adalah sebagai berikut. 1. Memerhatikan dan merenungkan penciptaan alam. Allah berfirman : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (QS.
ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUPOleh Ustadz Abu Ihsan al-AtsariDien Islam yang kaffah ini telah melarang segala bentuk pengrusakan terhadap alam sekitar, baik pengrusakan secara langsung maupun tidak langsung. Kaum Muslimin, harus menjadi yang terdepan dalam menjaga dan melestarikan alam sekitar. Oleh karena itu, seyogyanya setiap Muslim memahami landasan-landasan pelestarian lingkungan hidup. Karena pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab semua umat manusia sebagai pemikul amanah untuk menghuni bumi Allâh Azza wa Jalla Subhanahu wa Ta’ala telah melarang perbuatan merusak lingkungan hidup karena bisa membahayakan kehidupan manusia di muka bumi. Karena bumi yang kita tempati ini adalah milik Allâh Azza wa Jalla dan kita hanya diamanahkan untuk menempatinya sampai pada batas waktu yang telah Allâh Azza wa Jalla tetapkan. Oleh karena itu, manusia tidak boleh semena-mena mengeksplorasi alam tanpa memikirkan akibat yang Azza wa Jalla berfirman تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ ۗ وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعَالَمِينَItulah ayat-ayat Allah Azza wa Jalla. Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar dan tiadalah Allâh berkehendak untuk menganiaya hamba-hambaNya. [Ali Imrân/3108]Allah Azza wa Jalla menciptakan alam ini bukan tanpa tujuan. Alam ini merupakan sarana bagi manusia untuk melaksanakan tugas pokok mereka yang merupakan tujuan diciptakan jin dan manusia. Alam adalah tempat beribadah hanya kepada Allâh semata. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ Yaitu Orang-orang yang mengingat Allâh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. [Ali Imrân/3191]Syariat Islam sangat memperhatikan kelestarian alam, meskipun dalam jihâd fi sabîlillah. Kaum Muslimin tidak diperbolehkan membakar dan menebangi pohon tanpa alasan dan keperluan yang alam dan lingkungan hidup yang kita saksikan sekarang ini merupakan akibat dari perbuatan umat manusia. Allâh Azza wa Jalla menyebutkan firmanNya ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَTelah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. [ar-Rûm/3041]Ibnu Katsîr rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya, “Zaid bin Râfi’ berkata, Telah nampak kerusakan,’ maksudnya hujan tidak turun di daratan yang mengakibatkan paceklik dan di lautan yang menimpa binatang-binatangnya.”Mujâhid rahimahullah mengatakan, “Apabila orang zhâlim berkuasa lalu ia berbuat zhâlim dan kerusakan, maka Allâh Azza wa Jalla akan menahan hujan karenanya, hingga hancurlah pesawahan dan anak keturunan. Sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai kerusakan.” Kemudian Mujâhid rahimahullah membacakan ayat di apakah kerusakan yang terjadi itu hanya disebabkan perbuatan manusia yang merusak lingkungan atau mengekplorasi alam semena-mena ataukah juga disebabkan kekufuran, syirik dan kemaksiatan yang mereka lakukan ? Jawabnya adalah Katsîr rahimahullah telah menjelaskan dalam tafsirnya “Makna firman Allâh yang artinya “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,” yaitu kekurangan buah-buahan dan tanam-tanaman disebabkan kemaksiatan. Abul Aliyah berkata, “Barangsiapa berbuat maksiat kepada Allâh di muka bumi, berarti ia telah berbuat kerusakan padanya. Karena kebaikan bumi dan langit adalah dengan ketaatan. Oleh karena itu apabila nabi Isa turun di akhir zaman, beliau akan berhukum dengan syariat yang suci ini pada masa tersebut. Beliau akan membunuh babi, mematahkan salib dan menghapus jizyah upeti sehingga tidak ada pilihan lain kecuali masuk Islam atau diperangi. Dan di zaman itu, tatkala Allâh telah membinasakan Dajjal dan para pengikutnya serta Ya’jûj dan Ma’jûj, maka dikatakanlah kepada bumi, “Keluarkanlah berkahmu.” Maka satu buah delima bisa dimakan oleh sekelompok besar manusia dan mereka bisa berteduh di bawah naungan kulitnya. Dan susu unta mampu mencukupi sekumpulan manusia. Semua itu tidak lain disebabkan berkah penerapan syariat Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Maka setiap kali keadilan ditegakkan, akan semakin banyaklah berkah dan kebaikan. Karena itulah disebutkan dalam hadits shahih, yang artinya, “Sesungguhnya apabila seorang yang jahat mati, niscaya para hamba, kota-kota, pepohonan dan binatang-binatang melata merasakan ketenangan.”[1]Salah satu bukti bahwa Islam sangat memperhatikan lingkungan alam sekitar adalah perintah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk menyingkirkan gangguan dari jalan yang beliau jadikan sebagai salah satu cabang keimanan, perintah beliau untuk menanam pohon walaupun esok hari kiamat. Disamping kita telah menjaga kehidupan manusia di sekitar kita. Bukankah satu pohon adalah jatah untuk dua orang ?Dalam hal ini pemerintah berhak memerintahkan rakyat untuk menanam pohon. al-Qurthubi berkata dalam tafsirnya, “Bercocok tanam termasuk fardhu kifâyah. Imam penguasa berkewajiban mendesak rakyatnya untuk bercocok tanam dan yang semakna dengan itu, seperti menanam pohon.”[2]Bahkan untuk memotivasi umat beliau agar gemar menanam pohon beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda مَا مِنْ مُسْلِمٍ غَرَسَ غَرْسًا فَأَكَلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ أَوْ دَابَّةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌMuslim mana saja yang menanam sebuah pohon lalu ada orang atau hewan yang memakan dari pohon tersebut, niscaya akan dituliskan baginya sebagai pahala sedekah.[3]Bahkan pohon itu akan menjadi asset pahala baginya sesudah mati yang akan terus mengalirkan pahala Shallallahu alaihi wa sallam bersabda سَبْعٌ يَجْرِي لِلعَبْدِ أَجْرُهُنَّ وَ هُوَ فِي قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أَوْ أَجْرَى نَهْرًا أَوْ حَفَرَ بِئْرًا أَوْ غَرَسَ نَخْلاً أَوْ بَنَى مَسْجِدًا أَوْ وَرَثَ مُصْحَفًا أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لََهُ بَعْدَ مَوْتِهِ .Tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir bagi seorang hamba sesudah ia mati dan berada dalam kuburnya. Tujuh itu adalah orang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan air, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampunan untuknya sesudah ia mati.[4]Menebang pohon, menggunduli hutan, membuang limbah ke sungai, membakar areal pesawahan dan lain-lainnya sudah jelas termasuk perbuatan merusak alam yang bisa mendatangkan bencana bagi umat manusia. Banjir bandang, kabut asap, pemanasan global adalah beberapa diantara akibatnya. Namun sadarkah kita, bahwa kerusakan alam bukan hanya karena faktor-faktor riil seperti itu saja. Kekufuran, syirik dan kemaksiatan juga punya andil dalam memperparah kerusakan alam. Bukankah banjir besar yang melanda kaum Nuh Alaihissallam disebabkan kekufuran dan penolakan mereka terhadap dakwah Nabi Nuh Alaihissallam? Bukankah bumi dibalikkan atas kaum Luth sehingga yang atas menjadi bawah dan yang bawah menjadi atas disebabkan kemaksiatan yang mereka lakukan ?Sebaliknya, keimanan, ketaatan dan keadilan juga berperan bagi kebaikan dan keberkahan Qayyim rahimahullah mengatakan, “Diantara pengaruh buruk perbuatan maksiat terhadap bumi adalah banyak terjadi gempa dan longsor di muka bumi serta terhapusnya berkah. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah melewati kampung kaum Tsamûd, beliau melarang mereka para sahabat melewati kampung tersebut kecuali dengan menangis. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam juga melarang mereka meminum airnya, menimba sumur-sumurnya, hingga beliau memerintahkan agar menggunakan air yang mereka bawa untuk mengadon gandum. Karena maksiat kaum Tsamûd ini telah mempengaruhi air di sana. Sebagaimana halnya pengaruh dosa yang mengakibatkan berkurangnya hasil panen Ahmad telah menyebutkan dalam Musnadnya, ia berkata, “Telah ditemukan dalam gudang milik Bani Umayyah sebutir gandum yang besarnya seperti sebutir kurma. Gandum itu ditemukan dalam sebuah kantung yang bertuliskan, “Biji gandum ini tumbuh pada masa keadilan ditegakkan.”Kebanyakan musibah-musibah yang Allâh Azza wa Jalla timpakan atas manusia sekarang ini disebabkan perbuatan dosa yang mereka orang tua di padang pasir telah mengabarkan kepadaku bahwa mereka pernah mendapati buah-buah yang ukurannya jauh lebih besar daripada buah-buahan yang ada sekarang.”[5]Barangkali ada yang bertanya apakah maksiat yang tidak ada sangkut pautnya dengan alam bisa juga merusak alam ? Jawabnya, ya bisa. Bukankah Hajar Aswad menghitam karena maksiat yang dilakukan oleh manusia ? Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda نَزَلَ الحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الجَنَّّةِ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ الثَّلْجِ ، فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِي آدَمَHajar Aswad turun dari surga lebih putih warnanya daripada salju, lalu menjadi hitam karena dosa-dosa anak Adam.[6]Begitulah pengaruh dosa dan maksiat! Hajar Aswad yang turun dari surga dalam keadaan berwarna putih bersih lebih putih dari salju bisa menghitam karena dosa. Ini membuktikan bahwa dosa dan maksiat juga memberikan pengaruh pada perubahan yang terjadi pada alam manusia tidak segera kembali kepada agama Allâh Azza wa Jalla, kepada sunnah Nabi-Nya, maka berkah itu akan berganti menjadi musibah. Hujan yang sejatinya, Allâh turunkan untuk membawa keberkahan dimuka bumi, namun karena ulah manusia itu sendiri, hujan justru membawa berbagai bencana bagi manusia. Banjir, tanah longsor dan beragam bencana muncul saat musim hujan tiba. Bahkan di tempat-tempat yang biasanya tidak banjir sekarang menjadi langganan banjir !Tidakkah manusia mau menyadarinya? Atau manusia terlalu egois memikirkan diri sendiri tanpa mau menyadari pentingnya menjaga alam sekitar yang bakal kita wariskan kepada generasi mendatang !?Allâh Azza wa Jalla memberi manusia tanggung jawab untuk memakmurkan bumi ini, mengatur kehidupan lingkungan hidup yang baik dan tertata. Dan Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan menuntut tanggung jawab itu di akhirat karena itu, kita sebagai umat muslim seharusnya memahami arti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup. Mereka punya kewajiban untuk melestarikan alam Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَاDan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya. [al-A’râf/756]Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini sebagai berikut, “Firman Allâh Azza wa Jalla yang maknanya-red, Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya.’ Allâh melarang tindakan perusakan dan hal-hal yang membahayakan alam, setelah dilakukan perbaikan atasnya. Sebab apabila berbagai macam urusan sudah berjalan dengan baik lalu setelah itu terjadi perusakan, maka hal itu lebih membahayakan umat manusia. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla melarang hal itu dan memerintahkan para hamba-Nya agar beribadah, berdoa, dan tunduk serta merendahkan diri kepada-Nya.”Sesungguhnya dengan akal yang Allâh Azza wa Jalla anugerahkan, manusia lebihkan dari makhluk-makhluk lainnya. Kita lebih mulia dari hewan. Coba anda lihat, hewan saja memiliki kesadaran menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup, lalu apakah kita selaku manusia justru menghancurkannya ? Janganlah kamu berbuat kerusakan sesudah Allâh memperbaikinya! Maka kita punya tanggung jawab besar untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup demi kesejahteraan hidup manusia di bumi ini. Bukankah Allâh Azza wa Jalla telah berfirman وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍDan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. [al-Hijr/1519]Ya, semua sudah ada ukurannya, semua ada aturannya. Allâh Azza wa Jalla telah menciptakan semua itu dengan sangat detail dan Katsîr rahimahullah berkata, “Selanjutnya Allâh Azza wa Jalla menyebutkan bahwa Dia yang telah menciptakan bumi, membentangnya, menjadikannya luas dan terhampar, menjadikan gunung-gunung diatasnya yang berdiri tegak, lembah-lembah, tanah dataran, pasir, dan berbagai tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang sesuai. Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu berkata tentang firman Allâh Azza wa Jalla “Segala sesuatu dengan ukuran” Mauzun artinya adalah diketahui ukurannya proporsional dan seimbang. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Sa’id bin Jubair, Ikrimah, Qatâdah dan ulama yang lainnya. Di antara para ulama ada yang mengatakan, “maksudnya ukuran yang telah ditentukan.” Sedang Ibnu Zaid mengatakan, “Maksudnya yaitu dari setiap sesuatu yang ditimbang dan ditentukan ukurannya.”Dalam ayat lain Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tentang siklus hidrologi sirkulasi air yang tidak pernah berhenti yang menjadi salah satu elemen terpenting bagi kelangsungan kehidupan makhluk di muka Azza wa Jalla berfirman اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ ۖ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَAllah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allâh membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu Lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. [ar-Rûm/3048].Begitulah proses perubahan diciptakan untuk memelihara keberlanjutan sustainability bumi. Proses ini dikenal sebagai siklus hidrologi, mencakup proses evaporasi, kondensasi, hujan dan aliran air ke sungai, danau dan ini kita laksanakan dengan menjalankan syariat Allâh Azza wa Jalla di muka bumi, memakmurkannya dengan tauhid dan sunnah. Sembari terus menumbuhkan kesadaran bahwa kita tidak sendiri hidup di muka bumi. Ada makhluk-makhluk Allâh Subhanahu wa Ta’ala lainnya selain kita di sekitar juga dengan menjauhi kekafiran, syirik dan maksiat. Karena dosa dan maksiat akan mendorong manusia untuk merusak dan mengotori alam ini dengan noda-noda maksiat mereka. Mereka inilah inilah yang sebenarnya tidak memahami tujuan penciptaan alam semesta al-KarîUmdatut Tafsîr Ibnu KatsîTafsir Ibnul al-BukhâShahîh Shâlihîn, an-Nawawi.[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIV/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] HR Bukhâri 6512. [2] Tafsîr al-Qurthubi III/306. [3] HR Bukhâri 6012. [4] Dishahihkan oleh al-Albâni dalam Shahîh al-Jâmi’ 3602 dari Anas. [5] al-Fawâid, hlm. 65. [6] Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi I/166, Ibnu Khuzaimah I/271 dan dishahihkan oleh al-Albâni dalam Silsilatul Ahâdîtsis Shahîhah 2618..
1 Riya' dalam niat. Ketika seseorang akan melakukan sebuah amal dalam hatinya telah ada keinginan atau tujuan selain mencari ridha Allah.Ia sejak awal telah mempunyai niat tidak ikhlas. Padahal diterima atau tidaknya amal ibadah yang kita lakukan sangatlah bergantung pada niat.
Menjaga dan melestarikan lingkungan berupa ruang hidup bersama atau biasa dikenal dengan istilah ruang publik sejatinya kewajiban seluruh elemen masyarakat secara umum dan para pengambil kebijakan secara khusus. Hal ini tak lain karena kenyamanan lingkungan akan dirasakan langsung oleh masyarakat luas. Pun demikian sebaliknya, ketidaknyamanan di ruang publik akan berdampak dan dirasakan langsung oleh semua masyarakat. Pada zaman seperti sekarang, kesadaran untuk menjaga lingkungan menjadi tantangan yang sangat serius dalam kehidupan bermasyarakat. Di dalam kota-kota besar, contohnya, kemacetan lalu lintas telah menjadi kenyataan hidup sehari-hari. Karena sudah menjadi kebiasaan, kemacetan lalu lintas kerap tidak dianggap sebagai masalah serius yang berkaitan dengan lingkungan. Begitu juga dengan persoalan banjir. Pada musim hujan, tempat-tempat yang awalnya tampak angkuh dan megah, tak jarang berubah menjadi kolam air yang disertai dengan tumpukan sampah yang sangat mengganggu pemandangan dan kesehatan. Bahkan jalan-jalan yang lebar dan asri pun berubah menjadi selokan-selokan besar yang mengulari perkotaan. Sementara di sisi lain, pembangunan terus digalakkan hampir di semua sudut kota. Pelbagai macam alat-alat berat terus beroperasi di mana-mana untuk menciptakan gedung-gedung mewah atau mengeruk aneka macam kekayaan alam. Sebagai pemegang amanah dari rakyat dan kekuasaan, pemerintah di semua lapisannya merupakan pihak yang terkait langsung dengan pelestarian atau pun penjagaan lingkungan. Dengan kata lain, pemerintah harus berada di barisan terdepan dalam upaya menciptakan lingkungan yang bermaslahat bagi semua elemen masyarakat. Yaitu melalui tata kota yang terencana, terukur, dan memerhatikan kemaslahatan bersama. Dalam perspektif Islam, kebijakan pemerintah atau seorang pemimpin harus memerhatikan kemaslahatan masyarakat. Karena kemaslahatan masyarakat merupakan salah satu tujuan utama dan terutama dari sebuah kepemimpinan ataupun pemerintahan. Inilah yang dalam kaidah hukum Islam fikih dikenal dengan istilah تَصَرُّفُ اْلامَامِ عَلَى الرَّعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ "Kebijakan pemerintah ataupun pemimpin terhadap rakyat atas dasar kemaslahatan mereka." Dalam semangat kepemimpinan sebagaimana di atas, kebijakan pemerintah terkait dengan pembangunan harus dirancang dan dijalankan sesuai dengan kemaslahatan lingkungan berupa ruang publik. Yaitu dengan perencanaan yang matang dan terukur terkait dengan tata kota; mana wilayah pembangunan dan mana wilayah serapan. Pemilahan-pemilahan seperti di atas sangat penting untuk memerhatikan hak-hak dan fungsi lingkungan. Hingga pada berkembangan berikutnya lingkungan tidak merampas hak-hak hidup masyarakat dalam bentuk musibah-musibah alam. Allah swt berfirman وَمَانُرْسِلُ المُرْسَلِيْنَ إِلَّا مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْن الأنعام 48 "Dan Kami tidak mengutus para Rasul kecuali sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan. Maka barangsiapa beriman dan berbuat kemaslahatan, maka bagi mereka tidak akan takut dan sedih." Qs. al-An’âm [6] 48 Ayat al-Quran di atas menegaskan tentang misi diutusnya para Rasul tidak lain untuk membawa kemaslahatan bagi umatnya melalui kabar gembira dan peringatan yang akan menuntun hidup mereka. Misi yang mulia tersebut dijamin oleh Tuhan dengan surga di hari akhirat nanti. Dalam kitab tafsir Mafâtîh Al-Ghayb, Imam ar-Razi menegaskan ayat tersebut hendak meneguhkan misi kenabian yang di dalamnya menggabungkan antara dimensi iman dan dimensi kemaslahatan umat. Keduanya merupakan kekuatan yang mahadahsyat dalam rangka membangun masyarakat yang dicintai Allah swt. Yaitu masyarakat yang makmur dan mendapatkan berkah-Nya. Seluruh manusia mempunyai kewajiban yang kurang lebih sama untuk menjaga dan memerhatikan kemaslahatan lingkungan. Yaitu dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat luas, sekaligus menghindari hal-hal yang bersifat negatif terhadap lingkungan dan kehidupan bersama. Islam sangat memperhatikan kemaslahatan manusia, terutama kemaslahatan yang berdampak luas bagi kehidupan masyarakat. Dalam Islam, gagasan kemaslahatan dimaksudkan untuk mendorong umatnya agar senantiasa melakukan kebaikan sebanyak mungkin. Walaupun kebaikan tersebut menyangkut hal-hal yang sederhana. Dalam sebuah Hadits disebutkan bahwa perbuatan menyingkirkan duri yang dapat mengganggu orang di jalan merupakan bagian dari keimanan. Sebaliknya, dalam konteks keburukan disebutkan bahwa seorang yang sengaja mengurung kucing bisa menyebabkannya masuk neraka. Prinsip kemaslahatan dalam Islam diabadikan oleh Imam An-Nawawi dalam kumpulan hadis 40, yang dikenal dengan Hadis al-Arba’în al-Nawawî لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ فِي الْاِسْلاَمِ "Tidak ada kemudharatan dan memudharatkan dalam Islam" Hadits tersebut ingin memastikan, bahwa sebagai umat Islam kita diperintahkan agar senantiasa melaksanakan sesuatu yang membawa manfaat bagi orang lain. Sedangkan hal-hal yang membawa dampak bahaya atau kemudaratan hendaknya dijauhi. Sebab Islam sama sekali tidak menoleransi berbagai tindakan yang merugikan orang lain. Dalam konteks seperti ini, membuang sampah pada tempatnya sebagai bagian nyata dari perhatian terhadap lingkungan mempunyai makna yang sangat penting, walaupun perbuatan tersebut mungkin tampak sederhana. Dengan membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya, masyarakat sesungguhnya telah berperan besar dalam upaya menjaga kemaslahatan ruang publik. Harus diperhatikan bersama, pada awalnya kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya mungkin tidak terasa dampaknya. Apalagi sampah tersebut hanyalah berkas-berkas atau pun hal-hal kecil lainnya. Namun demikian, tidak ada hal kecil apabila terus dilakukan, apalagi orang lain kemudian turut melakukannya. Dengan kata lain, membuang sampah ringan tidak pada tempatnya pada akhirnya akan menimbulkan gunung sampah bila terus dilakukan. Apalagi perbuatan seperti ini kemudian dilakukan oleh banyak orang. Tatkala kejahatan yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan sudah melampaui batas kewajaran, alam pun pada akhirnya membalasnya dalam bentuk-bentuk musibah yang terjadi. Sebagaimana telah disampaikan, ketika musibah terjadi, dia tak lagi memerhatikan siapa yang baik atau siapa yang buruk, siapa yang melakukan sampah tidak pada tempatnya dan siapa yang membuang sampah pada tempatnya. Fathoni Disini, ingin saya menekankan perkataan amanah sebagai kata kunci untuk isi saya yang kedua. Seperti yang telah kita ketahui, setiap pekerjaan yang dilakukan adalah merupakan amanah kepada kita. Selain itu, alam ini juga adalah amanah yang Allah berikan kepada kita untuk kita jaga dengan baik dan sempurna. 3M0n6cS.